AddThis

Share |

Wednesday, July 28, 2010

Indonesia yang Cerdas, Toleran dan Damai

Bangsa yang arif akan memilih jalan perbaikan pendidikan secara mutlak bagi bangsanya. Sebab bangsa yang terdidik pasti akan menjadi bangsa yang kaya dan sejahtera, bangsa yang amanah dan terhormat, dan bangsa yang dapat menyumbangkan ilmu pengetahuan bagi pencerahan dunia masa depan. Karena mereka sanggup mensyukuri nikmat Tuhan yang selalu diberikan kepadanya. Itulah budaya baru Indonesia yang harus diwujudkan dan itu juga yang kita maksudkan dengan kontrabudaya. Yakni melalui pendidi-kan kita wujudkan: Indonesia yang Cerdas, Indonesia Toleran, Indonesia Damai, dan Indonesia Cinta Hukum.
Indonesia yang luas daratannya 1.992.570 Km2 (16 besar) berpenduduk sekitar 240 juta jiwa.Dengan petensi ini, kita dapat meletakkan visi untuk Indonesia masa depan agar dapat bangkit, berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah di tataran dunia antarbangsa. Membangkitkan Indonesia dari keterpurukan adalah diterobos mutlak melalui perbaikan kualitas bangsa, tak ada jalan lain hanya melalui peningkatan pendidikan.
Jumlah sumber daya insani yang harus mendapatkan perhatian serius ternyata sangat signifikan jumlahnya, mencapai hampir 65% (Persentase pembagian umur (sensus 1990): 0-14=36,6%; 15-29=28,3%; 30-44= 18,1%; 45 -59= 10,6%; 60-74=5,2%; >75= 1,1%). Jika Indonesia gagal menata generasi angkatan pertama dan dua ini (0-14 tahun dan 15-25 tahun), sudah barang pasti 20 tahun mendatang nasib bangsa Indonesia tidak dapat dibayangkan betapa nistanya di pergaulan antarbangsa, atau mungkin Indonesia hanya akan menjadi kenangan. Namun jika ditangani pendi-dikannya secara tepat dan serius, maka kegemilangan Indonesia akan menjadi kenyataan.
Melalui pendidikan yang benar dan tepat, budaya baru Indonesia dapat ditumbuhkan. Budaya Indonesia hari ini, cenderung tidak dapat bersatu, tidak mempunyai etos kerja yang tinggi, tidak mandiri dalam mem-bangun diri, kurang berorientasi pada ilmu pengetahuan, sumber daya tenaga kerja lemah dan rendah, tidak produktif, dan lain-lain lagi. Semuanya itu merupakan indikator kemunduran kualitas bangsa (umat). Karenanya, harus diciptakan kontra budaya, dan sekali lagi jalan satu-satunya adalah pendidikan.
Bangsa Indonesia harus sanggup me-nyisihkan segala yang dimiliki untuk mendidik bangsa. Memang terasa aneh, berbangsa dan bernegara kok hanya ber-bicara pendidikan. Bagi kelompok yang berpikir instan, memang hal itu merupakan keanehan, namun bagi bangsa yang berpikir kebaikan masa depan bangsanya yang hari ini sedang sengsara dilanda keterpurukan, maka perkara itu bukan merupakan hal yang aneh.
Bangsa yang arif akan memilih jalan perbaikan pendidikan secara mutlak bagi bangsanya, sekalipun hasil yang akan diraihnya menunggu waktu yang sangat lama. Namun bila dilaksanakan dengan tekun dan penuh kesabaran, hasil yang diidam-idamkan, yakni kesejahteraan dan perubahan budaya dari budaya negatif menjadi budaya positif sudah pasti akan dirasakan. Masa 20 tahun memang panjang, namun masa menunggu perubahan budaya yang diakibatkan perbaikan pendidikan akan dapat dirasakan walau sebelum 20 tahun.
Kelak jika pendidikan dibangun dengan serius, budaya bangsa Indonesia akan menjadi cinta kesatuan dan persatuan karena manusia terdidik yang baik akan mendahulukan urusan kebersamaan (ke-kitaan) dari pada urusan pribadi dan golongannya. Manusia terdidik dengan baik akan bersikap mendahulukan kepentingan bangsa dan negaranya. Bangsa yang terdidik individu-individunya akan mempunyai etos kerja yang tinggi, karena semua yang mereka lakukan berdasar kalkulasi riil. Bangsa yang terdidik dengan baik akan menjadi bangsa yang mandiri.
Maknanya tatkala mereka berkepenti-ngan dengan bangsa lain, mereka akan mampu merumuskan dengan produk yang mereka hasilkan dan bukan meng-andalkan utang, karena sesungguhnya kehidupan ini saling ketergantungan.
Bangsa yang terdidik dengan baik akan dapat menyumbangkan ilmu pengetahuan bagi pencerahan dunia masa depan, ber-sama-sama bangsa-bangsa dunia lainnya, sehingga mampu berinteraksi ilmu penge-tahuan dan teknologi di tataran antar-bangsa. Bangsa yang terdidik akan mempu-nyai tenaga kerja yang kuat dan produktif, karena lapisan dasar tenaga kerjanya terdiri dari sumber daya yang pengetahuannya sesuai dengan pekerjaannya.
Bangsa yang terdidik dengan baik, akan menjadi bangsa yang amanah dan terhor-mat sehingga tanpa diminta, bangsa lain akan menghormatinya, dan mereka akan berhitung seribu kali jika akan mengambil kebijakan yang tidak tepat kepadanya, apalagi menghinanya. Bangsa yang terdidik dengan baik pasti akan menjadi bangsa yang kaya dan sejahtera, karena mereka sanggup mensyukuri nikmat Tuhan yang selalu diberikan kepadanya. Itulah budaya baru Indonesia yang harus diwujudkan dan itu juga yang kita maksudkan dengan kontra-budaya itu. Indonesia Cerdas, Indonesia Toleran, Indonesia Damai, dan Indonesia yang Cinta Hukum.
Jika seperti itu kontrabudaya yang kita ciptakan melalui budaya baru Indonesia, maka kebangkitan dunia Islam melalui dan dimulai dari Indonesia (kata banyak orang) bukan merupakan hal yang mustahil. Oleh karenanya, kita sebagian kecil dari bangsa Indonesia memulai ke arah itu. Kita katakan dengan bahasa lisan, kita mulai melangkah membangun dan merealisir visi budaya baru Indonesia (kontrabudaya).
Dari desa yang sunyi, kita ubah suatu paradigma bahwa: "hanya kotalah yang mampu mewujudkan fasilitas pendidikan yang memadai." Ternyata desa jika ditata dan di-manage dengan amanah dan jujur perkembangannya jauh lebih cepat dari pada kota yang tidak berbudaya.
Membangun pendidikan yang baik berarti mendidik berorientasi masa kini dan masa depan. Itu pula yang dinamakan modern. Karenanya pendidikan modern tidak dapat difasilitasi dengan fasilitas yang tidak mempunyai nilai kekinian. Fasilitas mo-dern bukan terbatas hanya dalam bidang fisik, namun segala yang memebuni per-syaratan modern
Modern bermakna visioner, karenanya visi pendidikan mesti diarahkan kepada kebangkitan Indonesia yang dapat berdiri sama tinggi duduk sama rendah di tataran antarbangsa.
Pendidikan modern bermakna pen-didikan yang berprogram jelas. Program pencapaian pendidikan Indonesia harus diarahkan membangkitkan bangsa Indonesia menjadi setara dengan bangsa-bangsa lain dalam segala bidang dan aspek kema-juan dan perkembangan bangsa-bangsa menjadi bangsa yang arah berpikirnya berwawasan antarbangsa. Pendidikan modern mesti berorientasi pada dunia ilmu pengetahuan dan perkembangannya.
Budaya Indonesia ke depan adalah ditentukan oleh hasil pendidikan yang berorientasi ilmu pengetahuan yang tak kunjung henti, ilmu pengetahuan yang tidak pernah kenal titik berhenti.
Pendidikan modern harus mempunyai sarana disiplin. Dalam kehidupan modern, disiplin merupakan sesuatu yang mesti diwujudkan. Disiplin bukan milik kalangan militer atau sipil, semua bangsa modern pasti konsisten dengan disiplin. Bangsa akan hancur jika disiplin disepelekan dalam kehidupan kesehariannya.
Disiplin inilah yang akan mengantarkan suatu bangsa akan kenal prosedur hidup bermasyarakat dan berbangsa. Disiplin pula yang akan membawa bangsa akan mencintai kehidupan bertata hukum yang rapi. Masya-rakat atau bangsa yang berdisiplin sebagai crmin masyarakat yang dapat menghormati hukum dan menegakkannya dalam tatanan hidup kesehariannya, baik untuk dirinya maupun masyarakat dan negaranya.
Dalam kehidupan pendidikan modern, diperlukan sarana yang dapat membawa kepada tingkatan hidup yang mengarah kepada etos kerja yang tinggi. Tanda masya-rakat modern adalah mempunyai etos kerja tinggi dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.
Karenanya, semua sarana yang diper-lukan untuk menunjang kehidupan pen-didikan modern seperti itu harus kita adakan jika kita menginginkan Indonesia ini menjadi bangsa yang maju dan modern di masa kini dan mendatang.
Tatkala bangsa Indonesia sudah mema-suki era pendidikan modern seperti yang telah diuraikan tadi, tentu bangsa ini akan tampil dengan gagah, bangga menjadi bangsa Indonesia dengan kebanggaan yang beralasan. Bangsa Indonesia akan menjadi cinta persatuan dan kesatuan, sebab pi-kirannya sudah menjadi cerdas, wawasan-nya menerobos cakrawala yang tak terbatas oleh kekangan-kekangan tetek-bengek yang mematikan makna persatuan dan kesatuan bangsa.
Bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang sanggup hidup berdampingan dengan sesama bangsanya dan bangsa-bangsa dunia lainnya. Solidaritasnya tak terbatas hanya oleh kepicikan isme-isme dan madzhab-madzhab yang membelenggu kehidupan. Bangsa Indonesia yang terdidik ini akan menjadi bangsa yang sanggup berkorban demi kemajuan bangsa dan umat manusia secara keseluruhan.
Tentang pengorbanan, bangsa di dunia mana pun pada taraf kehidupan apa pun, di negara maju pun, mereka masih tetap dituntut untuk mempunyai jiwa pengor-banan yang tinggi terhadap perjuangannya. Dalam kesempatan mengisi dan memaknai perjalanan abad kebangkitan ini, kita sekelompok bangsa-bangsa yang sadar akan hakikat masa depan, kita sedang mengasah terus jiwa kesadaran kita terhadap makna pengorbanan itu di tengah-tengah keadaan yang serba terbatas, kita memberanikan diri untuk tampil menata kehidupan pendidikan bangsa dan umat.
Ini adalah manifestasi dan bentuk sebuah pengorbanan. Pengorbanan kita ini takkan berbatas dengan suatu titik pencapaian. Katakanlah dengan izin Allah kita dapat menyelesaikan proyek pembangunan pen-didikan di suatu tempat, maka kita akan melangkah ke berbagai tempat sesuai dengan program yang telah kita tentukan bersama.
Untuk itu ada baiknya jika pada kesem-patan ini kita bertanya kepada diri kita masing-masing. Sudah lelahkah kita untuk berkorban demi kejayaan dan kebangkitan pendidikan dan kemajuan bangsa? Bila kita tidak merasa lelah apa yang dapat kita buktikan untuk itu semua? Bangsa yang selalu siap dengan pengorbanan, itu tanda-nya bahwa umur bangsa ini akan menjadi panjang dan tak terbatas. Selanjutnya melalui artikel ini, kepada umat Islam bangsa Indonesia dan segenap warga bangsa lainnya, kami bertanya: Sanggupkah kita dengan segala daya dan upaya kita berperan aktif membangun bangsa Indonesia, demi kejayaan dan kegemilangan masa depan? Sanggupkah kita mendanai tanpa utang luar negeri untuk program pem-bangunan pendidikan bangsa dan umat?
Baiklah ini menjadi statement dan per-nyataan kita, itu adalah program yang harus kita lakukan secara konsekuen. Sekali lagi kita berdo’a, semoga kita dapat meng-abdikan diri demi kebangkitan kembali bangsa dari keterpurukan, dan semoga dengan tekad dan kesanggupan kita untuk berbuat ini Allah melapangkan segala cita-cita kebangkitan bangsa Indonesia yang penuh toleransi dan perdamaian yang dapat dirasakan oleh segala lapisan umat manusia tanpa kecuali.
Posisi Indonesia
Hampir seluruh Muslim di Asia Tenggara membentuk bagian dari wilayah budaya Melayu. Komunitas Muslim di wilayah ini adalah yang terbesar di dunia, tersebar di Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand, Singapura, dan Brunai Darussalam, jum-lahnya tidak kurang dari 206.584.000 orang = 17,11 % dari jumlah umat Islam sedunia. Benang merah yang menghu-bungkan praktik dan keyakinan keagamaan mereka di wilayah ini adalah ungkapan budaya yang dimiliki bersama termasuk penggunaan bahasa Indonesia maupun Melayu yang dapat dipergunakan sebagai bahasa komunikasi keagamaan.
Dalam menegakkan kehidupan keaga-maan yang cerdas, toleran dan damai di muka bumi ini, peranan Muslim Asia dimotori oleh Indonesia, mestinya dapat lebih mewarnai Dunia Islam kontemporer. Berbagai syarat untuk itu ada dalam ling-kungan wilayah ini baik berupa bahasa, budaya dan adat kebiasaan yang dimiliki oleh Muslim di wilayah ini
Pengembangan dan pembentukan diri bagi Muslim di wilayah ini tidak lagi harus tergantung pada wilayah tempat asal mula munculnya agama Islam (Timur Tengah).
Kemampuan untuk berkembang mem-bentuk diri untuk tampil sebagai umat beragama yang toleran dapat ditunjang oleh kemampuan Muslim di wilayah ini, sejalan dengan perkembangan peradaban umat manusia yang semakin maju yang dapat diakses oleh setiap Muslim di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Untuk menuju ke arah itu, kita sebagai masyarakat (kelompok sosial) ini harus menanamkan visi pada diri kita masing-masing, kiranya dengan ak-tivitas yang selama ini kita tekuni sebagai masyarakat pendidikan, terus bergerak ke arah kehidupan beragama atau kegiatan lainnya selalu mengedepankan sikap toleran dan damai. Ini maknanya, lingkungan kita harus sanggup menjadi wahana peng-kaderan bangsa dan umat yang orientasinya adalah terciptanya sikap toleran dalam kehidupan beragama, berbangsa dan ber-negara. Kita harus yakin bahwa penanaman sikap toleran ini akan tercapai dengan seksama hanya melalui pendidikan, dalam artian pembiasaan yang tiada hentinya, sampai sikap itu menjadi darah daging yang tak terpisahkan (akidah).
Dari tempat yang kita wujudkan bersama ini (Al-Zaytun) pasti akan tumbuh kader-kader bangsa dan umat, yang akan mem-bawa kehidupan bangsa dan seluruh warga serantau Asia Tenggara ini menjadi bangsa warga dunia pelopor kehidupan penuh toleran dan damai. Berbahagialah umat yang mencita-citakan kehidupan yang dicita-citakan oleh seluruh warga dunia, yaitu kehidupan yang toleran dan damai.
Saatnya Kita Bangkit
Kebangkitan seperti apa yang dicita-citakan itu? Belajar dari sejarah perjalanan panjang umat manusia, kebangkitan itu harus diberi pigura yang jelas. Kebangkitan yang dicita-citakan adalah bangkit untuk ikut menata dunia bersama masyarakat lainnya menuju tercapainya kesejahteraan dan perdamaian dunia. Bangkit menata masyarakat adalah mengerahkan daya dan upaya untuk terus berpikir dan berbuat bagaimana mengembangkan diri dan mem-bawa anggota masyarakat menjadi warga masyarakat dunia yang cerdas, dengan kecerdasannya mereka mampu menguasai sains dan teknologi yang terus berkembang maju tanpa berhenti.
Berpikir dan berbuat tanpa henti untuk meningkatkan produk yang dapat diman-faatkan oleh berbagai lapisan masyarakat dunia, sehingga dapat memiliki andil dalam kebersamaan meminimalkan beban akibat kemiskinan. Berpikir dan berbuat tanpa henti untuk mewujudkan kebajikan dan kebijakan politik yang mampu menyejah-terakan tatanan kehidupan umat manusia. Kebangkitan seperti itulah yang harus dijadikan ukurannya. Selalu ada suatu optimisme (yang beralasan), sedikitnya dunia Islam telah menorehkan kesadaran bahwa abad ini disikapi sebagai abad kebangkitan, paling tidak, sikap dan kesa-daran itu dapat mendorongnya menuju kebangkitan yang dicita-citakan.
Kejayaan Islam tercatat sampai dengan tahun 1550 M, yakni selama lebih delapan abad, khilafah Islam menyumbangkan pengejawantahan Islam secara politis adalah negara (kekhilafahan) "adidaya" dunia di setiap gelanggang: politik, militer, ekonomi, ilmu pengetahuan dan budaya. Hingga 1550, berada di puncak kekuasaan. Setelah itu, ke depannya, mengalami ke-mandekan, menjadi introver (ananiyah), menjadi senantiasa defensif. Sedangkan dunia Barat berbagai lembaga pendidikan menjadi sangat progresif, dan menjadi motor kemajuan di segala bidang. Sedangkan di dunia Islam sebaliknya menjadi mandek.
Sekarang, pertanyaannya adalah dari mana kita memulainya? Tentunya, sebagai jawabannya adalah kita mulai dari diri kita sendiri. Kita adalah warga masyarakat dunia yang bermustautin di sebuah negara. Negara yang kita berada di dalamnya dapat dinamakan Indonesia, Malaysia, dan lain sebagainya. Sebagai warga negara, kita harus memulai semua itu dari titik negara Indonesia. Kita mempersiapkan semua bentuk kebangkitan yang dicita-citakan itu adalah dari Indonesia. Artinya, sebagai umat Islam bangsa Indonesia, kita harus berani mereformasi diri dalam arti kata yang sebenar-benarnya dan seluas-luasnya.
Dimaknai bahwa lembaga kita (Islam) adalah merupakan spirit dan kekuatan yang harus diwujudkan dalam sebuah tatanan hidup yang practicable untuk setiap zaman dan tempat. Mereformasi diri yang kita maksudkan adalah suatu reformasi diri yang aktual, yaitu suatu pengakuan yakni kesediaan mengakui bahwa pencapaian Barat atau kekuatan lainnya (dalam berbagai aspek kehidupan) telah jauh meninggalkan kita. Mestinya kita tidak meletakkan Barat sebagai momok yang harus kita jauhi, hanya karena kita berkeyakinan bahwa kita se-bagai manusia Timur. Bukankah ajaran yang telah sampai kepada kita bahwa lembaga kita (Islam) adalah bukan Ke-baratan dan juga bukan Ketimuran (Q.S. 24/35, Q.S. 2/177, Q.S.21/107).
Mereformasi diri juga berkenaan dengan sikap mental yang selama ini kita ber-sikokoh untuk bersikap dependent dalam mengurus dan mendanai perjalanan per-juangan bangsa (membangun). Merefor-masi diri dari sisi etos kerja yang selama ini kita menjadi kelompok bangsa yang etos kerjanya sangat rendah.
Jika kita berbicara penataan kembali dunia Islam dan memulainya dari Indonesia, bukan hanya karena kita adalah orang Indonesia, namun ada juga alasan yang lain, bahwa Indonesia adalah anggota masya-rakat dunia Islam yang terbesar jumlah penduduknya (hampir 25% penduduk negara-negara OKI tinggal di Indonesia), dan juga karena sumber daya yang tersim-pan di bumi Indonesia adalah merupakan kekayaan yang sangat mungkin dapat menjadi sumbangsih bagi masyarakat dunia Islam dan seluruh dunia pada umumnya sebagai kebajikan bangsa Indonesia bagi umat manusia kelak.Karenanya, menata Indonesia menjadi negara yang stabil dalam segala bidang kehidupan, menjadi bangsa yang cerdas, toleran dan damai, akan mengangkat harkat dan martabat dunia Islam.
Sebagai catatan, jumlah penduduk dunia yang beragama Islam, tidak kurang dari 1.188.242.000 jiwa. Sedangkan pen-duduk Muslim Indonesia berjumlah tidak kurang dari 16% dari semua jumlah Muslim sedunia. Syaykh Al-Zaytun Dr Abdussalam Rasydi Panji Gumilang
 
AL-Zaytun Miniature INDONESIA. Design by Wpthemedesigner. Converted To Blogger Template By Anshul Tested by Blogger Templates.